Jumat, 21 Oktober 2011

Obat Ketika Merindukan Si Dia


Tak bisa disangkal, manusia akan selalu bersentuhan dengan cinta. Sementara kecintaan memberikan buah kerinduan. Orang yang mencinta akan rindu kepada orang yang dicintainya.
Kerinduan kepada kekasih, seringkali membekaskan duka. Karena sudah tahu bahwa pacaran bukanlah jalan yang halal untuk ditempuh, maka nikahlah satu-satunya yang jadi pilihan. Padahal si pria belum mampu memberi nafkah lahir. Wanita pun masih muda dan dituntut oleh orang tua untuk menyelesaikan sekolah atau meraih gelar. Akhirnya, karena tidak kesampaian untuk nikah, maka pacaran terselubung sebagai jalan keluar karena tidak kuat menahan rasa rindu pada si dia. Lewat chatting, inbox FB atau sms jadi jalur alternatif.
Inilah yang dialami pemuda masa kini. Mungkin juga dialami para aktivis dakwah. Agar dikira tidak melalui pacaran, maka sms dan chatting yang jadi pilihan. Seharusnya rasa rindu ini bisa dipendam dengan melakukan beberapa kiat yang akan kami utarakan1. Semoga Allah senantiasa memberi taufik.
Terapi dari Rasa Rindu dengan Segera Nikah
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَ لْيَتَ زَوَّجْ فَإِنَّوُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَ يَسْتَطِعْ فَ عَلَيْوِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّوُ لَوُ
وِجَاء
“Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah2, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.”3


Yang dimaksud dengan syabab (pemuda) di sini adalah siapa saja yang belum mencapai usia 30 tahun. Inilah pendapat ulama-ulama Syafi’iyah.4
Secara bahasa, baa-ah bermakna jima’ (berhubungan suami istri). Sedangkan mengenai makna baa’ah dalam hadits di atas terdapat ada dua pendapat di antara para ulama, namun intinya kembali pada satu makna.
Pertama: makna baa-ah adalah sebagaimana makna secara bahasa yaitu jima’. Sehingga makna hadits adalah barangsiapa yang mempunyai kemampuan untuk berjima’ karena mampu memberi nafkah nikah, maka menikahlah. Barangsiapa yang tidak mampu berjima’ karena ketidakmampuannya memberi nafkah, maka hendaklah ia memperbanyak puasa untuk menekan syahwatnya dan untuk menghilangkan angan-angan jeleknya.
Pendapat kedua: makna baa-ah adalah kemampuan memberi nafkah. Dimaknakan demikian karena konsekuensi dari seseorang mampu berjima’, maka tentu ia harus mampu memberi nafkah. Sehingga makna hadits adalah barangsiapa yang telah mampu memberi nafkah nikah, maka hendaklah ia menikah. Barangsiapa yang tidak mampu, maka berpuasalah untuk menekan syahwatnya.
Jadi maksud dari dua pendapat ini adalah sama yaitu harus punya kemampuan untuk memberi nafkah. Sehingga inilah yang menjadi syarat seseorang (khususnya pria) untuk membina rumah tangga dengan kekasih pilihan, yaitu ia memiliki kemampuan untuk memberi nafkah keluarga. Hal ini yang banyak disalahpahami sebagian pemuda. Mereka ngebet minta nikah pada ortunya. Padahal sesuap nasi saja masih ngemis pada ortunya. Hanya Allah yang memberi taufik.
Dari sini, barangsiapa yang memiliki kemampuan, maka segeralah untuk menikah guna memadamkan rasa rindu yang ada. Menikah di sini tidak mesti dengan orang yang selalu dirindukan. Boleh jadi, juga dengan orang lain. Karena nikah telah mencukupkan segala kebutuhan jiwa di samping dalam nikah akan ditemui banyak keberkahan. Jika memungkinkan menikah dengan orang yang dirindukan, maka menikahlah dengannya. Ini merupakan terapi manjur.






Ya Rabb...

salahkah hamba tuk mengagumi makhluk-Mu

Bukan karena rupanya yang elok kumengaguminya

bukan jua karena banyaknya harta yang dimilikinya

atau karena banyaknya orang yang memujanya

tapi kukagum akan agama dan akhlaknya



Ya Rabb...

sejak saat hamba tahu betapa besar cintanya kepada-Mu

sejak hamba tahu betapa besar cintanya kepada rumah-Mu

Betapa besar usahanya untuk berusaha dekat dengan_Mu

dan sejak saat kuketahui semua itu akupun makin mengaguminya

dan berpikir untuk bisa menjadikannya imam dalam rumah tanggaku



Ya Rabb...

aku yakin bahwa Kau tahu bagaimana rasa kagum itu bermain dalam hatiku saat ini

Dan Engkaupun pasti tahu betapa hari demi hari rasa kagum semakin mendekat kearah suka

bahkan cinta



Ohh..Rabb,

Ampuni hamba yang telah berani menggaguminya

telah berani mengatakan bahwa hamba suka dia

walau belum terlisani



Rabb...

Engkau pasti tahu, bahwaku tak mampu lagi membendung rasa ini

Engkau pun tahu bahwa kuselalu menyebut namanya dalam untaian2an doa

dan sujud akhirku



Ya Rabb...

Sungguh tak ada yang lebih tahu dan mengerti perasaan ini selain Engkau seorang

tak ada yang tahu bahwa aku sedang mengaguminya melebehi sekedar kagum yang biasa

Kecuali Engkau Ya Rabb.



Ya Rabb,,,

Bila mengingat kembali kisah Fatimah dan Saydina Ali

yang mana saling suka tapi hanya Engkau yang mengetahui betapa

mereka saling menyukai dan Engkaupun Menyatukan mereka dalam

rumah tangga yang sakinah,mawaddah warrahma.

Sungguh Ya Rabb,,akupun berharap kisah ku bisa sama seperti kisah kedua sejoli itu

yang menjadi cerita inspirasi untuk kaum muslimin dimasa sekarang ini.



Ya Rabb,,,

Tapi aku sedih,sepertinya tanda-tanda bahwa dia juga punya rasa yang sama denganku

hampir dikatakan tidak ada,,



Ya rabb,,,

kumerasa tenang dan ringan dalam hal perasaan

ketika telah kutuangkan rasa ini

Apapun,siapapun itu tetap kumohon yang terbaik dari-Mu

Tak kan pernah kuhentikan doaku,karena ku yakin Engkau

Maha Mendengar doa-doa hamba_Mu



Ya Rabb,...

Kutitipkan rasa ini pada-Mu

walau kuberharap kisahku bisa seindah kisah Fatimah dan Ali

tapi tetap keputusan ada pada_Mu ya Rabb

Dan kuminta yang terbaik.



Ya Rabb,,,

jika dia memang baik untukku,agamaku,masa depan dunia dan akhiratku

bisa membimbingku dan membawaku lebih dekat pada-Mu

maka dekatkanlah diriku dengannya dan satukanlah kami dalam pernikahan yang sakinah mawddah warrahmah

tapi kalau bukan dia yang terbaik,,maka jangan biarkan kekagumanku menjadi suka apalagi cinta

jadikanlah kekaguman seprti orang lain kagum padanya,,kekaguman secara umum.

Engkaulah Maha membolak-balikkan hati

Maka kutitipkan bahkan kuserahkan semuanya kepada-Mu

karena semua ini adalah milik-Mu.